Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) tahun 2018, sekitar 34 persen penduduk usia dewasa mengalami hipertensi. Kelompok usia yang paling banyak mengalaminya adalah usia 55-64 tahun. Lebih lanjut, hipertensi dan komplikasinya merupakan penyebab kematian tertinggi kelima.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang ditandai dengan tekanan darah yang terus-menerus di atas normal. Hal ini menyebabkan tekanan berlebihan pada dinding pembuluh darah.
Seseorang dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darah sistoliknya ≥140 milimeter air raksa (mmHg), atau tekanan darah diastoliknya ≥90 mmHg, pada dua kali pengukuran tekanan darah pada waktu yang berbeda.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu:
Meski hipertensi primer tak jelas penyebabnya, ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang lebih rentan mengalami penyakit tersebut, yaitu:
Sebagian besar kasus hipertensi tidak menunjukkan gejala apapun. Gejala biasanya baru terlihat jika sudah terjadi komplikasi yang berat, misalnya strok, serangan jantung, atau gagal ginjal. Inilah mengapa hipertensi masuk dalam daftar penyakit yang diam-diam membunuh alias silent killer.
Jika tekanan darah melonjak sangat tinggi, kondisi krisis hipertensi bisa terjadi. Kondisi ini timbul ketika tekanan darah sistolik melebihi 180 mmHg atau tekanan darah diastolik melebihi 120 mmHg.
Pada kondisi krisis hipertensi, terdapat beberapa gejala yang dapat terjadi seperti sakit kepala hebat, cenderung mengantuk bahkan tidak sadarkan diri, kejang, penglihatan kabur mendadak, sesak napas, nyeri dada, muntah-muntah, atau rasa cemas berlebihan.
Hipertensi, khususnya hipertensi primer, memang tidak dapat disembuhkan. Artinya, apabila sudah terdiagnosis, kondisi tersebut akan bertahan seumur hidup. Meski demikian, hipertensi bisa dikendalikan. Dengan penanganan tepat, pengidap hipertensi dapat memiliki tekanan darah yang tak berbeda dengan orang sehat.
Penanganan hipertensi dikenal dengan istilah PATUH, yang merupakan singkatan dari:
Untuk memahami lebih jauh, simak penjelasan di bawah ini.
Pada awal pengobatan, biasanya penderita hipertensi perlu kontrol ke dokter setiap 1-3 bulan sekali hingga tekanan darahnya terkendali dengan baik.
Selanjutnya, setidaknya setahun sekali, dokter akan memeriksa apakah terdapat komplikasi hipertensi pada mata, jantung, dan organ-organ lain.
Selain itu, penderita hipertensi juga sebaiknya memiliki alat pengukur tekanan darah sendiri di rumah. Hal ini berguna untuk memastikan tekanan darah terkontrol sepanjang waktu.
Target tekanan darah pada penderita hipertensi adalah tekanan darah sistoliknya di bawah 140 mmHg, dan tekanan darah diastoliknya di bawah 90 mmHg.
Pada sebagian besar kasus hipertensi, dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah.
Ada beberapa jenis obat yang secara umum digunakan dalam pengobatan hipertensi. Di antaranya adalah tiazid, angiotensin-convertingenzyme inhibitor (ACE-I), angiotensin II receptor blocker (ARB), calcium channel blocker (CCB), dan diuretik.
Penentuan jenis obat dan dosisnya harus dilakukan oleh dokter, tak boleh dilakukan atas inisiatif sendiri. Lebih lanjut, obat hipertensi sebaiknya dikonsumsi secara rutin pada waktu yang sama setiap hari.
Makanan dengan gizi seimbang terdiri dari makanan pokok (misalnya nasi merah, jagung, kentang, ubi), lauk-pauk, sayur, buah, serta air putih. Kemenkes menganjurkan setidaknya setengah dari keseluruhan makanan yang dikonsumsi dalam sehari terdiri dari sayur dan buah.
Lebih lanjut, makanan tinggi gula, garam, dan lemak juga harus dihindari. Studi menunjukkan bahwa asupan harian gula lebih dari empat sendok makan, natrium lebih dari satu sendok teh, dan lemak lebih dari lima sendok makan akan meningkatkan risiko hipertensi.
Oleh karena itu, kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, camilan, dan kue-kue sebaiknya diganti dengan buah-buahan.
Sebagai pengobatan dan pencegahan hipertensi, penderita akan disarankan untuk melakukan aktivitas fisik setidaknya lima hari dalam seminggu, dengan durasi 30 menit tiap sesi. Pilihan aktivitas fisik yang dianjurkan adalah jalan kaki, joging, bersepeda, atau berenang.
Rokok dan alkohol menyebabkan pembuluh darah menyempit, sehingga bisa memperberat hipertensi. Oleh karena itu, penderita hipertensi harus berhenti merokok, menghindari lingkungan yang penuh asap rokok, serta menghindari konsumsi alkohol.
Seperti halnya pengobatan hipertensi, pencegahan hipertensi juga dilakukan dengan mengatur pola makan yang sehat, menjaga berat badan ideal, melakukan aktivitas fisik secara teratur, dan menghindari paparan asap rokok.
Sumber:
https://www.cdc.gov/bloodpressure/healthy_living.htm
http://www.depkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-paling-banyak-diidap-masyarakat.html
https://www.medicalnewstoday.com/articles/150109.php
https://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/the-facts-about-high-blood-pressure/how-high-blood-pressure-is-diagnosed