dr. ResthieRachmanta Putri, M.Epid
Anda seorang diabetesi, tapi tetap ingin mengonsumsi makananmanis? Tenang, berikut beberapa pengganti gula yang aman untuk Anda.
Untuk menambah selera makan dan cita rasa, terkadang diabetesiingin menambahkan sedikit rasa manis pada makanan atau minuman. Namun di sisi lain, Anda juga tak ingin gula darahmelonjak tinggi akibat menggunakan gula pada makanan. Untuk mengatasi masalah ini, pemanis alternatif sebagai pengganti gula dapat digunakan.
Pemanis alternatif yang dapat digunakan diabetesi
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), pemanis alternatif aman untuk digunakan diabetesiselama tidak melebihi batas aman (accepteddailyintake). Lebih lanjut, pemanis alternatif dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
Sesuai namanya, jenis pemanis ini mengandung kalori dan dapat menaikkan kadar gula dalam darah.
Ada pemanis berkalori yang mengandung karbohidrat alamiah, seperti fruktosa dan madu. Ada pulapemanis berkalori rendah, yaitu glukosa alkohol seperti isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol, dan xylitol.
Jenis pemanis ini sering disebut pemanis buatan karena bukan dari bahan alami, melainkan diproduksi di laboratorium.
Jenis pemanis ini tidak mengandung kalori sama sekali dan tidak menaikkan kadar gula darah. Contoh pemanis tidak berkalori adalah aspartam, sakarin, acesulfame, sukralose, dan stevia.
Mana yang lebih baik?
Berdasarkan panduan diabetes dari Perkeni, jika diabetesiingin menggunakan pemanis, pemanis berkalori dan tidak berkalori bisa digunakan selama penggunaannya dalam batas aman.Namun demikian, Anda harus memberikan perhatian khusus untuk penggunaan pemanis berkalori.
Jenis pemanis ini dapat menjadi sumber energi dan menaikkan gula darah. Oleh karena itu, porsi makanannya perlu disesuaikan jika Anda hendak menggunakan pemanis berkalori. Sebaliknya, jika Anda menggunakan pemanis tidak berkalori, penyesuaian porsi makan tak perlu dilakukan.
Dalam praktiknya, untuk kestabilan gula darah, penggunaan pemanis buatan yang tak berkalori lebih dianjurkan bagi diabetesi. Meski ada berbagai jenis pemanis tak berkalori, penggunaannya berbeda-beda, seperti:
Jenis pemanis ini dapat digunakan untuk menambah rasa manis pada makanan yang panas dan dingin. Aspartam 200 kali lebih manis daripada gula alami.
Namun, pada makanan yang panas, rasa manisnya dapat berkurang, tetapi tetap bisa digunakan dengan aman. Hal yang perlu diketahui, penderita kelainan metabolisme berupa fenilketonuria tak boleh mengonsumsi aspartam.
Seperti aspartam, sakarin juga bisa digunakan sebagai pemanis untuk makanan dan minuman panas atau dingin. Jenis pemanis ini 200-700 kali lebih manis daripada gula. Namun begitu, sakarin tak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil atau menyusui.
Pemanis ini dikenal juga dengan istilah ace-K. Jenis pemanis ini bisa digunakan untuk makanan panas atau dingin, bahkan juga bisa digunakan dalam proses memasak.
Seperti halnya acesulfame, sukralose juga bisa digunakan dalam proses memasak atau pembuatan kue. Sukralose 600 kali lebih manis dari gula. Banyak makanan dalam kaleng juga menggunakan pemanis ini.
Tak seperti pemanis buatan lain yang dibuat dari zat kimia, stevia merupakan pemanis yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Stevia 200-300 kali lebih manis dibandingkan gula. Jenis pemanis ini juga stabil dalam suhu tinggi sehingga bisa digunakan dalam memasak dan membuat kue.
Tingkat keamanan pemanis alternatif
Banyak isu yang beredar di masyarakat terkait keamananpemanis buatan, seperti mengenai risiko kanker, pengaruh terhadap reproduksi dan kesuburan, atau risiko alergi. Untuk mengetahui kebenaran hal tersebut, berbagai studi ilmiah telah dilakukan.
Hingga saat ini, pemanis alternatif seperti yang disebutkan dalam panduan diabetes Perkeni di atas termasuk aman dan tak terbukti menyebabkan risiko gangguan kesehatan tertentu.
Pemanis sebenarnya bukanlah hal yang wajib dikonsumsi diabetesikarena tak ada manfaat kesehatan tertentu yang dapat diperoleh dari mengonsumsi pemanis. Namun, jika merasa memerlukan pengganti gula untuk menambah cita rasa makanan, pemanis alternatif terutama yang tak mengandung kalori dapat digunakan.
Sumber:
https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/healthy-drinks/artificial-sweeteners/