Saat Anda memiliki diabetes, rasanya banyak sekali daftar apa saja yang harus dan tidak Anda lakukan setiap harinya. Anda wajib mengetahui kadar gula darah Anda, minum obat, memperhatikan pola makan, dan olahraga rutin.
Semua itu sudah cukup membuat Anda kewalahan dan jenuh. Sementara keadaan pandemi juga bisa menambah pikiran Anda, dan bisa berakhir pada stres. Padahal, stres akan menurunkan tingkat sistem imun tubuh Anda, yang justru sangat Anda butuhkan saat ini untuk melawan virus corona.
Untuk itu, Anda bisa mengatasi stres di masa pandemi dengan beberapa cara di bawah ini.
Tak ada hari libur dari menghadapi diabetes. Bahkan, barangkali banyak orang yang rajin tidak bisa menjaga gula darah, pola makan, atau aktivitas fisik mereka tepat waktu. Diabetes menuntut Anda untuk membuat keputusan terkait kondisi Anda setiap hari, setiap menit, dan keputusan tersebut memengaruhi tubuh Anda.
Tak bisa dipungkiri, hal tersebut bisa memicu stres. Namun, Anda tak perlu merasa menderita. Anda perlu memaafkan diri sendiri jika Anda tak bisa memenuhi target terkait menjaga kadar gula darah Anda. Tenang dan santai sejenak. Ingatlah bahwa tak ada orang yang sempurna. Yang terpenting, Anda tetap melakukan usaha terbaik untuk mengelola diabetes.
Hidup dengan kondisi diabetes bisa memicu rasa takut, marah, khawatir, dan sedih. Profesor Pengobatan Keluarga dari University of California, San Francisco, Lawrence Fisher, PhD, menyebutkan bahwa sumber stres paling umum bagi penderita adalah perasaan tidak berdaya.
Kadar gula darah dipengaruhi banyak hal, sehingga terkadang ia naik, terkadang juga turun. Penderita diabetes harus terus menyesuaikan dengan keadaan tersebut, sehingga menimbulkan perasaan tak berdaya yang sulit dihindari.
Selain perasaan tersebut, pemicu stres bagi penderita diabetes bisa berupa:
Anda bisa berdamai dengan stres yang datang jika Anda mengetahui sumbernya. Jadi, cari tahu dan pikirkan perlahan, apa yang membuat Anda stres beberapa belakangan hari ini. Jika Anda telah mengetahui sumber masalahnya, barulah tentukan solusinya. Jika itu hanya ada di dalam pikiran, cobalah untuk meditasi atau yoga untuk menjernihkan kembali pikiran Anda. Anda juga bisa berbagi dengan orang terdekat atau berbicara dengan dokter Anda.
Baca juga: Tips Membahas Diabetes dengan Orang Lain
Menghindari kejenuhan itu sangat penting. Anda bisa melakukannya dengan menentukan tujuan besar dan membaginya ke beberapa tujuan yang bisa Anda kontrol dengan mudah. Lakukanlah usaha-usaha kecil untuk mencapai tujuan besar.
Misalnya, Anda menargetkan berat badan turun sebanyak 10 kilogram, targetkanlah pengurangan 1-2 kilogram per bulannya. Jika Anda terbiasa minuman manis, gantilah dengan minuman dengan sumber manis yang lebih baik. Jika Anda biasanya makan semangkuk es krim, kurangi menjadi setengah mangkuk, atau Anda bisa membuatnya sendiri dengan buah-buahan dan pemanis nol kalori.
Ciptakan support system dan terbukalah kepada mereka. Selain kepada dokter, carilah konselor atau teman yang bisa mendukung Anda saat Anda merasa sedih. Berbagi cerita dengan support group bisa sangat membantu.
Mintalah ke orang terdekat jika Anda membutuhkan bantuan yang spesifik. Misalnya, meminta anggota keluarga untuk mengingatkan Anda minum obat, atau meminta teman menemani Anda jalan kaki beberapa kali seminggu.
Perubahan merupakan tantangan bagi semua orang. Kondisi diabetes tentu menuntut banyak perubahan dalam hidup Anda. Pahami secara perlahan bahwa perubahan tersebut demi kualitas hidup yang lebih baik di tahun-tahun yang akan datang, mencegah Anda dari kondisi memburuk, dan membantu Anda mencapai impian yang belum terlaksana.
Baca juga: Meraih Harapan Hidup yang Lebih Baik bagi Diabetesi
Konsultasilah dengan dokter secara rutin. Pastikan Anda menjelaskan kepadanya bagaimana keadaan fisik dan perasaan Anda, karena diabetes lebih mungkin memicu depresi atau kecemasan. Terlihat sepele, tapi ternyata apa yang Anda rasakan sangat berperan penting dalam mengontrol diabetes. Kesehatan mental sama penting dengan pola makan Anda dan aktivitas fisik.
Dokter Anda memang telah menempuh pendidikan dan memahami cara mengelola diabetes, tetapi mungkin saja ia tak mengetahui dampak emosional dari penyakit tersebut. Jadi, Anda sebagai pasien perlu berperan aktif dalam berkomunikasi dengan dokter.
Sumber :