Kesehatan adalah aspek penting dalam kehidupan setiap individu. Menjaga keseimbangan gula darah merupakan salah satu kunci utama untuk mempertahankan kondisi tubuh yang prima. Namun, ada dua kondisi yang perlu diwaspadai terkait kadar gula darah, yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia.
Kedua kondisi tersebut, meskipun berhubungan dengan kadar gula darah, memiliki gejala dan dampak yang berbeda. Artikel ini akan mengulas tentang perbedaan hipoglikemia dan hiperhglikemia, gejala, penyebab, serta tips untuk mencegahnya.
Hipoglikemia adalah kondisi medis di mana kadar gula darah dalam tubuh berada di bawah normal, yaitu kurang dari 70 mg/dL. Kondisi tersebut berbeda dengan hiperglikemia yang merupakan kondisi medis di mana kadar gula dalam darah berada di atas normal.
Baik hipoglikemia ataupun hiperglikemia, penting untuk mengenali gejala keduanya dengan baik karena penanganan yang tepat bergantung pada pemahaman awal kondisi tersebut. Dengan begitu, seseorang dapat mengelola kondisi gula darahnya secara efektif dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Hipoglikemia sering dialami oleh penderita diabetes yang rutin menggunakan insulin. Terapi insulin memang bermanfaat dalam mengendalikan kadar gula darah, tetapi juga bisa menyebabkan penurunan gula darah hingga ke level yang sangat rendah.
Selain penderita diabetes, hipoglikemia juga bisa dialami oleh orang yang tidak memiliki diabetes. Perbedaannya terletak pada penyebabnya, yang pada non-diabetesi lebih terkait dengan pola makan dan aktivitas sehari-hari.
Berikut adalah gejala hipoglikemia berdasarkan tingkat keparahannya:
Hipoglikemia ringan terjadi ketika kadar gula darah kurang dari 70 miligram per desiliter (mg/dL), namun masih di atas 54 mg/dL. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh puasa yang terlalu lama, olahraga yang berlebihan, atau konsumsi alkohol yang berlebihan. Gejala awal yang mungkin muncul meliputi:
Namun, beberapa orang mungkin tidak menunjukkan gejala-gejala tersebut. Kondisi ini disebut sebagai “hypoglycemia unawareness” yang sering terjadi pada diabetesi yang mengalami hipoglikemia kronis dan menggunakan insulin secara rutin.
Kadar gula darah di bawah 54 mg/dL menunjukkan hipoglikemia sedang atau hipoglikemia tingkat 2. Gejala yang dialami pada tahap ini mencakup gejala hipoglikemia ringan dan beberapa tambahan seperti:
Hipoglikemia berat ditandai dengan kadar gula darah di bawah 40 mg/dL. Kebanyakan kasus hipoglikemia berat dialami oleh penderita diabetes yang secara teratur menggunakan insulin atau obat diabetes tertentu, seperti sulfonilurea.
Pasien diabetes tipe 1 lebih rentan mengalami hipoglikemia berat karena mereka menggunakan insulin setiap hari. Namun, pasien diabetes tipe 2 juga dapat mengalami kondisi ini jika tidak memantau pola makan dan aktivitasnya dengan baik selama pengobatan.
Selain gejala hipoglikemia yang telah disebutkan sebelumnya, penderita dapat mengalami kebingungan, kejang, hingga kehilangan kesadaran. Hipoglikemia berat bisa berakibat fatal sehingga memerlukan penanganan medis dengan segera.
Kondisi hipoglikemia umumnya dialami oleh penderita diabetes. Namun, tidak hanya mereka, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh makanan (hipoglikemia reaktif) dan obat-obatan atau penyakit lain (hipoglikemia puasa).
Pada penderita diabetes, hipoglikemia bisa terjadi karena pengaruh obat-obatan diabetes, konsumsi alkohol, serta obat-obatan seperti alopurinol, probenecid, dan warfarin.
Biasanya, penderita diabetes mengalami hipoglikemia saat:
Hipoglikemia reaktif terjadi ketika tubuh memiliki terlalu banyak insulin. Kondisi ini bisa muncul beberapa jam setelah makan, pada orang dengan kondisi prediabetes, setelah operasi perut, atau pada mereka yang memiliki kelainan enzim yang langka.
Hipoglikemia puasa bisa terjadi akibat penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan golongan sulfa, konsumsi alkohol yang berlebihan, serta penyakit hati, ginjal, jantung, dan pankreas. Kadar hormon yang rendah dan beberapa jenis tumor juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Anda dapat mencegah kondisi hipoglikemia dengan menjaga kadar gula darah tetap normal dan stabil. Berikut ini beberapa tips untuk mencegah hipoglikemia, terutama jika Anda memiliki diabetes:
Jika tidak memiliki diabetes, Anda dapat mencegah hipoglikemia dengan cara mengonsumsi makanan dalam porsi kecil setiap beberapa jam. Pastikan makanan tersebut mengandung protein, lemak, dan serat yang tinggi, serta hindari makanan yang tinggi gula.
Setelah mengetahui tentang apa itu hipoglikemia, mari cegah kondisi ini dengan langkah yang paling sederhana. Makan tepat waktu bisa bantu mencegah hipoglikemia. Selain itu, Anda juga bisa mengandalkan Susu Diabetasol untuk penuhi asupan gizi saat sarapan dan makan malam. Produk Diabetasol ini mengandung isomaltulosa dengan indeks glikemik rendah yang membantu menjaga kadar gula darah dan memberikan rasa kenyang lebih lama.
Selalu sedia Susu Diabetasol di rumah Anda setiap hari! Nggak perlu khawatir bosan, Susu Diabetasol punya 4 varian rasa yang lezat. Anda bisa memilih rasa Cokelat klasik yang khas, Vanilla yang creamy dan lembut, Cappucino dengan aroma kopi yang mengundang, atau Almond Oat yang nikmat dengan kombinasi rasa kacang dan gandum.
References:
https://www.halodoc.com/artikel/ini-penyebab-hipoglikemia-yang-wajib-diketahui
https://hellosehat.com/diabetes/gejala-hipoglikemia/
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/993/mengenal-hipoglikemia-pada-diabetes-mellitus