Memilih gula untuk diabetesi sering kali menjadi dilema, terutama antara gula batu untuk diabetes dan gula pasir. Artikel ini akan membantu Anda memahami perbedaan keduanya dan apa yang penting untuk diperhatikan oleh diabetesi.
Gula merupakan salah satu sumber utama energi bagi tubuh. Namun agar tetap terkendali, penting bagi penyandang diabetes untuk memerhatikan konsumsi gula. Tak jarang diabetesi merasa cemas saat akan memilih gula untuk diabetes.
Pertanyaan yang sering muncul antara lain mengenai pemanis yang baik untuk dikonsumsi sehari-hari oleh diabetesi, apakah gula batu atau gula pasir?

Ada dua jenis gula yang umum digunakan di rumah tangga, gula batu dan pasir. Gula batu bentuknya menyerupai batu atau blok dan sering digunakan sebagai campuran minuman seperti teh. Sedangkan, gula pasir adalah jenis pemanis yang banyak digunakan untuk membuat minuman, memasak, atau membuat kue.
Gula batu pada dasarnya terbuat dari larutan gula cair jenuh yang mengalami proses kristalisasi. Proses inilah yang menghasilkan gula yang berkonsistensi keras seperti batu. Maka bila ditelaah, gula batu atau gula cair sesungguhnya berasal dari bahan baku yang sama.
Dalam 100 gram gula pasir, mengandung zat hidrat arang (karbohidrat) sebanyak 99,98 gram. Lalu, di dalam 100 gram gula batu, terkandung zat hidrat arang sebanyak 99,70 gram. Karena sumbernya berasal dari komponen yang sama, maka tak heran kalau kandungan gula batu atau gula pasir tidak berbeda jauh.
Diabetesi harus kenali jenis gula yang akan dikonsumsi. ‘Gula’ itu sendiri sesungguhnya adalah salah satu jenis karbohidrat. Terdapat dua jenis karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks.
Gula batu atau gula pasir tergolong sebagai karbohidrat simpleks, atau nama lainnya adalah karbohidrat sederhana. Artinya, gula batu atau gula pasir mudah dicerna dan diserap, sehingga dapat membuat lonjakan kadar gula darah pasca mengonsumsinya.
Ketika kadar gula darah meningkat terlalu tinggi di atas normal, hal ini akan mempercepat timbulnya komplikasi pada penderita diabetes. Komplikasi tersebut antara lain penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit pembuluh darah tepi.
Lalu, karbohidrat kompleks adalah jenis yang lebih susah dicerna karena mengandung serat. Makanan yang tergolong karbohidrat kompleks misalnya terkandung pada gandum dan buah-buahan.
Sebagai contoh, mari membahas buah apel. Buah apel juga memberikan sensasi manis di lidah. Namun, gula darah tidak akan langsung naik tinggi setelah Anda memakan buah apel. Pasalnya, tubuh butuh waktu lama untuk mencerna buah apel karena adanya kandungan serat pada buah berwarna merah ini.

WebMD menjelaskan tidak ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa gula batu memiliki manfaat kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan gula pasir biasa. Gula batu dan gula pasir keduanya mengandung hampir 100% karbohidrat sederhana (sukrosa) dan memiliki dampak yang serupa terhadap kadar gula darah.
Meskipun gula batu sering dianggap lebih alami karena bentuknya yang kristal besar dan digunakan dalam beberapa tradisi kuliner, secara ilmiah tidak ada perbedaan signifikan dalam hal manfaat kesehatan antara keduanya. Konsumsi gula dalam jumlah berlebihan tetap berisiko bagi kesehatan, terutama bagi penderita diabetes.
Oleh karena itu, bagi penderita diabetes, penting untuk membatasi konsumsi semua jenis gula, termasuk gula batu, dan lebih fokus pada pemilihan karbohidrat kompleks yang dicerna lebih lambat, seperti yang terdapat pada gandum utuh, sayuran, dan buah-buahan berserat tinggi.
Mengenai jumlah, berdasarkan konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), sukrosa (contohnya gula batu atau gula pasir) tidak boleh lebih dari 5% dari kebutuhan kalori penderita diabetes.
Berdasarkan rekomendasi American Heart Association, asupan gula pasir seorang pria sehat tidak boleh lebih dari 9 sendok teh (36 gram atau 150 kalori) per hari. Sedangkan pada wanita sehat, sebaiknya kurang dari 6 sendok teh (25 gram atau 100 kalori) per hari.
Sebagai perbandingan, 1 kaleng minuman bersoda dapat mengandung hingga 8 sendok teh (32 gram) gula tambahan.
Berdasarkan penjelasan di atas, pemanis atau gula yang baik untuk diabetesi adalah yang mengandung karbohidrat kompleks. Diabetesi juga dapat memilih pemanis alternatif seperti madu, sirop maple, gula kelapa, sirop jagung, maupun dekstrosa, demi menghindari gula pasir atau batu.
Sayangnya, meski banyak alternatif, semuanya sama-sama jenis gula yang dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Apa pun jenis gulanya, ketika dikonsumsi terlalu banyak, tetap akan membahayakan kesehatan.
Untuk mendapatkan pemanis yang aman bagi kadar gula darah, Anda bisa mengonsumsi pemanis sukralosa yang tidak mengandung kalori, sehingga baik untuk kadar gula darah.
Menurut penjelasan Food and Drugs Administration pada tahun 1998, sukralosa disetujui dan dianggap aman dikonsumsi oleh diabetesi. Bahkan, pemanis ini ditemukan 600 kali lebih manis dari gula biasa dan bisa dicampurkan ke berbagai jenis makanan serta minuman lainnya.

Kalau Anda ingin tetap memakai pemanis atau gula, namun khawatir gula darah tidak terkontrol, Anda bisa pakai Diabetasol Sweetener sebagai pemanis Anda.
Diabetasol Sweetener merupakan pemanis alami dengan nol kalori, yang rasanya 600x lebih manis dari gula tebu, dan juga rasanya yang tidak akan berubah baik di suhu panas dan dingin.
Sehingga cocok untuk Anda yang ingin mengonsumsi hidangan manis, tanpa khawatir gula darah naik.
Lawan dan cegah diabetes, akan lebih mudah jika dilakukan bersama, yuk ikuti komitmen Sejuta Jari, dengan cara mengisi formulir komitmen Sejuta Jari. Mari melawan Diabetes bersama Diabetasol dan Diabetacare.
Temukan juga tips gaya hidup sehat lainnya di halaman Artikel Diabetasol atau konsultasi langsung lewat kontak resmi. Anda juga bisa mencoba Cek Risiko Diabetes untuk mengetahui status kesehatan secara mandiri.
Karena kamu #PunyaDia gula darah jadi terkontrol, dan kamu bisa merasakan setiap momen bahagia bersama keluarga. Diabetasol hadir dengan pilihan rangkaian nutrisi pilihan yang selalu bisa #StandByYou.
Sumber :
https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/additional-information-about-high-intensity-sweeteners-permitted-use-food-united-states