Close
Diabetes 2/01/2025

Mengenal Intoleransi Laktosa: Pengertian, Penyebab, dan Gejalanya!

Mengenal Intoleransi Laktosa: Pengertian, Penyebab, dan Gejalanya!

Rasa tidak nyaman pada sistem pencernaan kerap diidentikkan dengan penyakit asam lambung. Padahal, banyak faktor lain yang bisa menjadi pencetus gangguan kesehatan tersebut, salah satunya yaitu intoleransi laktosa. Hingga saat ini masih banyak orang belum memahami apa itu intoleransi laktosa sehingga antisipasinya masih terbilang minim. Yuk, cari tahu pengertian dan penyebabnya dalam artikel ini! 

Apa Itu Intoleransi Laktosa? 

Intoleransi laktosa adalah suatu kondisi yang membuat usus kecil tidak dapat menghasilkan enzim laktase dalam jumlah cukup. Akibatnya, tubuh kesulitan mencerna laktosa (jenis gula yang terkandung dalam susu dan produk olahannya). Laktosa yang tidak dapat dicerna masuk ke usus besar kemudian mengalami fermentasi.  

Situasi tersebut akan memunculkan sejumlah gejala intoleransi laktosa sebagai berikut: 

  • Kram perut. 
  • Perut terasa nyeri dan kembung. 
  • Mual dan muntah. 
  • Perut berbunyi dan frekuensi buang angin semakin sering. 
  • Diare. 

Apakah Intoleransi Laktosa Sama dengan Alergi Susu? 

Keterbatasan wawasan tentang apa itu intoleransi laktosa membuat banyak orang menganggap gangguan kesehatan tersebut sama dengan alergi susu. Meskipun gejala intoleransi laktosa dan alergi susu tampak mirip satu sama lain, sebenarnya dua kondisi tersebut justru sangat berbeda. Intoleransi laktosa terjadi karena tubuh tidak memproduksi enzim laktase yang cukup untuk mencerna laktosa, sedangkan alergi susu disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terkandung dalam susu.  

Apa Saja Penyebab Intoleransi Laktosa?

Kondisi intoleransi laktosa biasanya disebabkan beberapa faktor, yaitu: 

  • Intoleransi laktosa primer: penyebab ini dipengaruhi faktor genetik yang diwariskan orang tua. Pada umumnya, tubuh bayi akan memproduksi enzim laktase dalam jumlah cukup. Kuantitas laktase yang dihasilkan tubuh semakin berkurang seiring berjalannya waktu hingga mencapai puncak ketika seseorang berusia dewasa. Itulah sebabnya gangguan ini kerap belum tampak pada usia bayi dan anak-anak kemudian mulai menunjukkan gejala intoleransi laktosa lebih spesifik saat beranjak dewasa.

  • Intoleransi laktosa sekunder: pencetus intoleransi laktosa sekunder berasal dari berbagai penyakit (seperti celiac dan crohn) atau reaksi pasca operasi yang berkaitan dengan usus kecil. Pengobatan penyakit secara intensif dalam waktu lama biasanya mampu membantu mengembalikan kadar laktosa yang diproduksi tubuh.

  • Intoleransi laktosa bawaan: orang yang mengidap gangguan kesehatan ini mendapatkan warisan genetik yang membuat tubuhnya tidak atau hanya memproduksi sedikit sekali enzim laktase.

Selain penyebab utama tersebut, intoleransi laktosa juga dapat terjadi karena beberapa faktor risiko berikut ini: 

  • Pertambahan usia: orang dewasa lebih rentan mengalami intoleransi laktosa dibandingkan bayi dan anak-anak. 

  • Etnis: intoleransi laktosa kerap ditemukan pada beberapa etnis tertentu, seperti Asia, Afrika, Indian Amerika, serta Hispanik. 

  • Kelahiran prematur: bayi yang lahir prematur lebih berisiko mengidap intoleransi laktosa dibandingkan bayi yang lahir normal. Hal ini dapat terjadi karena usus kecil baru mengembangkan sel penghasil laktase secara sempurna pada kehamilan trimester ketiga. 

  • Penanganan jenis kanker tertentu: terapi radiasi untuk mengatasi kanker organ perut bisa menimbulkan efek samping berupa intoleransi terhadap laktosa. 

Bagaimana Diet Sehat yang Tepat untuk Pengidap Intoleransi Laktosa?

Mengenal apa itu intoleransi laktosa beserta gejalanya tentu belum cukup untuk mengatasi gangguan kesehatan tersebut. Diet sehat sangat dianjurkan agar kebutuhan nutrisi harian terpenuhi tanpa memicu kemunculan gejala intoleransi laktosa. 

Beberapa bahan makanan bergizi yang sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi pengidap intoleransi laktosa, antara lain: 

  • Minuman yang terbuat dari kacang-kacangan: beberapa jenis kacang seperti mede, almond, dan kedelai dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan minuman bergizi. Kandungan nutrisi dalam minuman sari kacang tergolong lengkap dan bebas laktosa sehingga aman bagi sistem pencernaan. 

  • Aneka sayuran hijau: kebutuhan kalsium dan vitamin D tidak hanya berasal dari susu hewan, melainkan juga dari sayuran hijau. Oleh sebab itu, konsumsi sayuran hijau dengan porsi yang tepat setiap hari dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Salah satu contoh sayuran hijau yang khasiatnya istimewa adalah bayam. Secangkir sayur bayam matang mengandung 250 mg kalsium yang jumlahnya setara dengan segelas susu sapi. 

  • Ikan: rekomendasi bahan makanan bergizi berikutnya yang baik bagi pengidap intoleransi laktosa adalah ikan. Setiap jenis ikan air tawar serta ikan air laut mengandung protein, vitamin, dan mineral yang penting untuk metabolisme serta daya tahan tubuh. Contohnya, ikan sarden yang kandungan kalsiumnya tak kalah bila dibandingkan dengan susu sapi.  

  • Telur: membahas seputar bahan makanan bergizi untuk intoleransi laktosa jelas belum lengkap tanpa menyebut telur. Kandungan nutrisinya tergolong lengkap sehingga bisa menjadi salah satu substitusi yang menggantikan manfaat susu sapi. Bagian putih maupun kuning telur sama-sama aman untuk dikonsumsi pengidap intoleransi laktosa. 

  • Produk olahan kacang: kacang bukan hanya bisa diolah menjadi minuman yang menyehatkan. Aneka olahan kacang lainnya seperti tahu, tempe, dan oncom juga menyimpan berbagai nutrisi yang esensial untuk memenuhi kebutuhan tubuh setiap hari. 

Sekarang, Anda pun tak perlu khawatir jika mengidap diabetes dengan riwayat intoleransi laktosa. Kehadiran Susu Diabetasol siap jadi solusi nutrisi praktis untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Produk unggulan Diabetasol ini dapat menjadi makanan pengganti diabetes dengan Indeks Glikemik rendah (IG=23) yang efektif membantu menjaga kestabilan gula darah. 

​Susu Diabetasol diformulasikan tanpa tambahan gula pasir dan rendah laktosa, sehingga aman bagi kesehatan sekaligus membantu mengendalikan diabetes. Diperkaya dengan Vita Digest yang mengandung Isomaltulosa, tinggi vitamin A, C, E, zinc, protein, kalsium, vitamin D, serta serat, susu ini dirancang untuk menjaga daya tahan tubuh dan kadar gula darah tetap terkontrol. Dengan indeks glikemik rendah, Diabetasol memberikan solusi praktis untuk mengantisipasi risiko intoleransi laktosa dan mendukung pengelolaan diabetes secara optimal. 


Konsultasi Diabetes

Konsultasi Diabetes

Temukan solusi bersama ahli.